Pulsating Superman Logo Pointer
Pulsating Superman Logo Pointer

My Experience

My Experience

My Experience

My Experience

My Experience

My Experience

Minggu, 26 September 2010

Ibuku Lara

Kini ibu sedang lara, merintih dan berdoa..
Kutipan lagu 'Ibu Pertiwi' cocok banget buat ngegambarin kisah ibuku kala itu, tepat ketika aku kelas 2 SD dulu.

Saat itu, belum genap umurku sepuluh tahun. Datang dengan riang jam 10 pagi, pulang ke rumah. Sama sekali tak ku duga akan menyaksikannya. Keramaian di kebun depan rumah. Begitu banyak orang. Ada apa?


Tampak seorang wanita paruh baya, belum sampai 30 tahun mungkin, ditarik rambutnya dengan keras kesana kemari oleh seorang pria. Pria berkumis tebal, berotot kekar. Wanita itu...itu ibuku!

Aku lari sekencang-kencangnya. Coba mendekati ibuku. 'Jangan sakiti ibuku!', teriakku dalam hati, anak yang baru 2 tahun lalu merayakan ulang tahun kelimanya. Tangisku tertahan, isakku menyulitkan napasku. Rongga dadaku sesak. Masih berlari, aku menjerit sekencang-kencangnya.

Ah! Belum sampai ku dekati ibukku dan pria itu, pamanku sendiri, tanganku keduluan ditangkap bibiku. Mencegah agar aku tak kena amukan pamanku. Aku meronta. Hanya bisa berontak ketika ibukku dianiaya di depan mataku. Perih.

Ibukku, yang selalu rela tak berangkat jualan ke pasar hanya untuk mengantarku ke sekolah, kini dipukul keras di wajahnya berkali-kali, tepat di depanku. Ku tatap sekelilingku. Ku ingat wajah-wajah orang-orang saat itu. Orang-orang yang hanya diam layaknya adegan penyiksaan ibukku adalah tontonan di pagi hari yang mengasikkan.

Bahkan ada seorang bapak, baru keluar dari rumahnya. Datang mendekat dan jongkok di dekat 'arena penyiksaan'. Kemana nurani mereka? Hey! Wanita dianiaya di depan kalian tapi kalian hanya diam menonton?! Ini gag adil.

Aku gigit tangan bibiku. Bibiku kaget kesakitan. Aku terlepas dan melompat ke arah pamanku. Satu sikuan mendarat di pipiku. Aku jatuh dan bibiku menarik lagi aku menjauh dari ibukku. Biru lebam di pipiku tak bisa ku elakkan.

Melihat anaknya disikut, ibukku semakin ngasi perlawanan. Meski rambutnya dijambak sesuka pamanku, kulihat muka senang pamanku, ibukku tak mau nyerah. Akhirnya ibukku terlepas, lari menghilang dengan baju dan rambut yang sama-sama kusut banget. Bapakku datang dari tempat kerja.

Bapakku yang tak bisa emosi, mencoba mengajak diplomasi pamanku. Pamanku maen tunjuk, sedangkan bapakku dengan sabar berdebat dan adikku terdiam berdiri diantara mereka. Aku, masih kepikiran ibukku, pergi kemana dia?

Itulah satu kisah ibukku. Kisah yang berakhir dengan dipenjaranya pamanku. Dengan berakhirnya kasus ini yang sampai kini aku tak tau apa penyebabnya. Sama tak taunya ketika jauh sebelumnya aku melihat ibukku dilempari pasir ke badan dan telinganya oleh paman yang sama.

Itulah kisah ibukku. Selain kisah yang merusak lambungnya karena air keras yang dia minum saat remaja. Saking tak kuatnya menanggung nasib.

Tapi kini dia jadi ibuk yang kuat. Jadi ibuk yang sayang dengan keluarga. Sayang dengan suami yang ia dapatkan dari perjodohan.

Ibukku, yang sangat marah kalo ada yang menyakiti anaknya. Ibuku, yang sangat khawatir kalo anaknya telat pulang ke rumah. Ibuku, yang gampang menangis kala melihat anaknya menderita. Ibu, yang kusuka melihat wajahnya ketika tertidur, damai sekali.

sst..jangan ribut, ibuku lagi bobo.

Seorang ibu, yang senantiasa tanpa lelah mengajarkan kedua anaknya untuk berbahasa Bali halus. Ibu yang tegar dengan apapaun perlakuan, perkataan, dan pikiran orang tentang dia. Keluarga adalah yang terpenting baginya.


Kini, ibukku tak akan lara lagi. Ada dua anaknya yang siap membahagiakan dirinya. Mewujudkan harapannya. Mengusap air mata dari pipinya.

Dan, sehina apapun ibuku dimata orang. Aku tetep sayang dia. Sorgaku akan tetap di telapak kakinya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Pulsating Superman Logo Pointer