"Ada uang Abang disayang, tak ada uang Abang ditendang".
Sindiran dari lagu Lucy Rahmawati diatas nampaknya masih relevan. Banyak menghiasi ketika rumah tangga diterpa angin, apalagi puting beliung, bisa-bisa meluluhlantakkan rumah tangga.
Seorang isteri akan menyayangi suami, ketika kantongnya tebal. Sebaliknya, akan menjadi bencana bila tongpes alias kantong kempes apalagi bila kanker alias kantong kering, suami baru boleh pulang kalau kantongnya sudah tebal. Busyet dah.........
Tidak sedikit pula seorang isteri memperlakukan mertua beda dengan orangtuanya sendiri. Ketika seorang suami dituntut untuk berbakti kepada kedua orang tua. Pada saat yang sama, ada saja isteri yang mengusik mertuanya.
Pada kasus lain adalah cemburu yang berlebihan sehingga mengubah kehidupan keluarga tak ubahnya neraka yang mengerikan. Perkara sepele, misal suami menghapus SMS atau menerima telepon dengan suara pelan. Sampai dengan kebiasaan suami bepergian keluar kota pun dicurigai karena ada persinggahan baru. Padahal tak tampak sedikitpun dari suami tanda-tanda adanya wanita idaman lain atau WIL.
Dari survey yang dilakukan oleh Team Majalah Nabila yang menjadi sumber rujukan menulis postingan ini, dari beberapa orang isteri yang tersebar dibeberapa kota besar di Indonesia sebagai sampel, dapat disimpulkan bahwa ada 6 (enam) tipe isteri, yaitu :
Pertama, Isteri yang bertipe dominan. Tipe ini mempunyai kecenderungan mengatur suami, andil yang sangat besar dalam proses pengambilan keputusan rumah tangga, dalam hal pendidikan anak pun isteri dominan, misalnya saja dalam memilih sekolah.
Kedua, Isteri yang bertipe penurut. Tipe ini cenderung istilah orang Sunda kumaha suami wae, tidak banyak menuntut atau istilah jawanya nrimo , dan kendali rumah tangga sepenuhnya berada di pihak suami, hormat pada suami dan menariknya lagi, isteri penurut sangat menghargai jerih payah suami, care dan sayang.
Ketiga, Isteri yang bertipe pembangkang. Tipe ini biasanya walau tidak semuanya dicirikan oleh isteri yang punya penghasilan sendiri, sangat terbuka terhadap gaya hidup baru, mempunyai pengalaman masa lalu yang buruk seperti pendidikan orangtua yang sangat keras dan kasar atau faktor turunan dan maunya menang sendiri.
Keempat, Isteri yang bertipe lapang dada. Isteri yang bertipe ini paling enak. Ia mudah memaafkan bila suami berbuat salah, nrimo baik buruknya perlakuan suami, terlibat aktif bersama suami dalam suka dan duka, tidak banyak protes atas nafkah yang diberikan suami, penyabar dan tidak banyak menuntut.
Kelima, Isteri yang bertipe pencemburu. Tipe ini memang bumbunya percintaan. Hubungan suami isteri tanpa adanya rasa cemburu bagaikan sayur tak bergaram. namun, jadi masalah bila cemburu itu kebablasan atau kata orang cemburu buta. Cemburu buta akan menyalakan buruk sangka dan keraguan sehingga akan mengubah kehidupan suami isteri tak ubahnya neraka yang mengerikan.
Keenam, Isteri yang bertipe penuntut. Tipe ini biasanya cenderung tenggelam dalam khayalan yang berlebihan dalam menuntut kesempurnaan, serba mudah seolah hidup ini tanpa beban dan rintangan, mudah terpengaruh oleh gaya hidup glamour baik yang dipertontonkan melalui media maupun para tetangga atau teman, dan payahnya lagi, isteri penuntut ternyata kurang menghargai dan menghormati suami.
Dari keenam tipe ini, ternyata sangat susah bila isteri mempunyai tipe yang sama dengan suaminya. Sebut saja isteri dominan yang ternyata suaminya juga bertipe dominan. Kita tidak bisa membayangkan bila isteri bertipe pembangkang bertemu dengan suami yang juga bertipe sama. Demikian juga bila suami isteri sama-sama bertipe pencemburu. Kecuali bila keduanya bertipe penurut atau lapang dada, tentu saja rumah tangga terasa adem ayem.
Kendati demikian, segala suatunya dengan saling pengertian semua tipe di atas bukanlah sebuah harga mati yang tidak dapat diubah.
"Sesuatu yang paling agung adalah wanita yang membesarkan sifat kemanusiaan seseorang dan bukan membesarkan sifat kebinatangannya. Sekalipun ini dipandang oleh banyak orang sebagai keindahan, tapi hakikatnya adalah keburukan. Karena itu, terangnya lagi, orang yang memiliki keimanan yang benar hendaklah hidup pada apa yang baik bagi manusia dan bukanlah yang disepakati oleh manusia" (ar-Rafi'i dalam Wahyu al-Qalam 2/251)
Sindiran dari lagu Lucy Rahmawati diatas nampaknya masih relevan. Banyak menghiasi ketika rumah tangga diterpa angin, apalagi puting beliung, bisa-bisa meluluhlantakkan rumah tangga.
Seorang isteri akan menyayangi suami, ketika kantongnya tebal. Sebaliknya, akan menjadi bencana bila tongpes alias kantong kempes apalagi bila kanker alias kantong kering, suami baru boleh pulang kalau kantongnya sudah tebal. Busyet dah.........
Tidak sedikit pula seorang isteri memperlakukan mertua beda dengan orangtuanya sendiri. Ketika seorang suami dituntut untuk berbakti kepada kedua orang tua. Pada saat yang sama, ada saja isteri yang mengusik mertuanya.
Pada kasus lain adalah cemburu yang berlebihan sehingga mengubah kehidupan keluarga tak ubahnya neraka yang mengerikan. Perkara sepele, misal suami menghapus SMS atau menerima telepon dengan suara pelan. Sampai dengan kebiasaan suami bepergian keluar kota pun dicurigai karena ada persinggahan baru. Padahal tak tampak sedikitpun dari suami tanda-tanda adanya wanita idaman lain atau WIL.
Dari survey yang dilakukan oleh Team Majalah Nabila yang menjadi sumber rujukan menulis postingan ini, dari beberapa orang isteri yang tersebar dibeberapa kota besar di Indonesia sebagai sampel, dapat disimpulkan bahwa ada 6 (enam) tipe isteri, yaitu :
Pertama, Isteri yang bertipe dominan. Tipe ini mempunyai kecenderungan mengatur suami, andil yang sangat besar dalam proses pengambilan keputusan rumah tangga, dalam hal pendidikan anak pun isteri dominan, misalnya saja dalam memilih sekolah.
Kedua, Isteri yang bertipe penurut. Tipe ini cenderung istilah orang Sunda kumaha suami wae, tidak banyak menuntut atau istilah jawanya nrimo , dan kendali rumah tangga sepenuhnya berada di pihak suami, hormat pada suami dan menariknya lagi, isteri penurut sangat menghargai jerih payah suami, care dan sayang.
Ketiga, Isteri yang bertipe pembangkang. Tipe ini biasanya walau tidak semuanya dicirikan oleh isteri yang punya penghasilan sendiri, sangat terbuka terhadap gaya hidup baru, mempunyai pengalaman masa lalu yang buruk seperti pendidikan orangtua yang sangat keras dan kasar atau faktor turunan dan maunya menang sendiri.
Keempat, Isteri yang bertipe lapang dada. Isteri yang bertipe ini paling enak. Ia mudah memaafkan bila suami berbuat salah, nrimo baik buruknya perlakuan suami, terlibat aktif bersama suami dalam suka dan duka, tidak banyak protes atas nafkah yang diberikan suami, penyabar dan tidak banyak menuntut.
Kelima, Isteri yang bertipe pencemburu. Tipe ini memang bumbunya percintaan. Hubungan suami isteri tanpa adanya rasa cemburu bagaikan sayur tak bergaram. namun, jadi masalah bila cemburu itu kebablasan atau kata orang cemburu buta. Cemburu buta akan menyalakan buruk sangka dan keraguan sehingga akan mengubah kehidupan suami isteri tak ubahnya neraka yang mengerikan.
Keenam, Isteri yang bertipe penuntut. Tipe ini biasanya cenderung tenggelam dalam khayalan yang berlebihan dalam menuntut kesempurnaan, serba mudah seolah hidup ini tanpa beban dan rintangan, mudah terpengaruh oleh gaya hidup glamour baik yang dipertontonkan melalui media maupun para tetangga atau teman, dan payahnya lagi, isteri penuntut ternyata kurang menghargai dan menghormati suami.
Dari keenam tipe ini, ternyata sangat susah bila isteri mempunyai tipe yang sama dengan suaminya. Sebut saja isteri dominan yang ternyata suaminya juga bertipe dominan. Kita tidak bisa membayangkan bila isteri bertipe pembangkang bertemu dengan suami yang juga bertipe sama. Demikian juga bila suami isteri sama-sama bertipe pencemburu. Kecuali bila keduanya bertipe penurut atau lapang dada, tentu saja rumah tangga terasa adem ayem.
Kendati demikian, segala suatunya dengan saling pengertian semua tipe di atas bukanlah sebuah harga mati yang tidak dapat diubah.
"Sesuatu yang paling agung adalah wanita yang membesarkan sifat kemanusiaan seseorang dan bukan membesarkan sifat kebinatangannya. Sekalipun ini dipandang oleh banyak orang sebagai keindahan, tapi hakikatnya adalah keburukan. Karena itu, terangnya lagi, orang yang memiliki keimanan yang benar hendaklah hidup pada apa yang baik bagi manusia dan bukanlah yang disepakati oleh manusia" (ar-Rafi'i dalam Wahyu al-Qalam 2/251)
0 komentar:
Posting Komentar