Bila kamu adalah seorang pemimpin,sangat biasa bila dituntut menjadi sosok yang sesempurna mungkin. Bila kamu melakukan kesalahan sedikit saja maka akan banyak orang yang marah. Apalagi kalo kamu adalah pemimpin yang rupawan, punya banyak kelebihan sehingga banyak lawan jenis suka kepadamu. Suatu hari diberitakan kamu telah punya pasangan hidup yang bukan salah satu dari mereka, kemarahan mereka akan menjadi-jadi. Parahnya, sahabat mereka(orang-orang yang benci ama kamu) sok simpati ke mereka dan benci juga ke kamu (marahnya gag tanggung-tanggung, bisa lebih dari sahabat mereka). Akhirnya terbentuklah persatuan ANTI KAMU.
ANTI KAMU gag dilatar belakangi itu aja. Seandainya kamu sosok pemimpin yang kreatif, suka seru-seruan dan pada suatu saat kamu iseng nge-tag foto lucu ke temen-temenmu di facebook. Awalnya sih pengen bikin yang beda aja tapi ternyata pendapat yang lain gag sama kayak gitu. Hebohnya, pacar temenmu gag terima pacarnya di tag, berantemlah mereka dan buntutnya temen-temenmu marah ke kamu karena gara-gara tindakan usilmu mereka jadi berantem ama pacar masing-masing dan kamu di-remove jadi temen di FB!
Semua itu bisa saja terjadi. Biasanya saat kamu ngalamin hal itu,hati besar dan kecilmu akan berkata. Hati besar yang berkata duluan. Suaranya sangat keras. Berwujud menyerupaimu, muncul di samping kananmu dengan asap hitam. Suaranya bengis, sadis, sinis, najis, kayak iblis, bencis(tahu maksud kata ini?). Dia akan menyuruhmu melakukan tindakan yang yang tidak mematuhi perintahnya-Nya. Yang tidak mempedulikan efeknya dikemudian hari. Tak peduli perasaan orang lain. Merayumu untuk melakukan kekerasan, jalan hitam, maupun jalan pintas yang lain. Yang penting hasratmu terlampiaskan.
Sedangkan hati kecilmu muncul dengan beribu burung dara putih tulus di sebelah kirimu. Wujudnya pun sama denganmu tak ada beda. Bersuara sangat pelan, sekedar berbisik yang hampir tak terdengar. Dengan sabar dia hanya mendesah (jangan berpikir jorok!), berujar agar kamu coba bertanya pada orang yang benci ke kamu tentang apa yang sebenarnya terjadi. Tahu dari orangnya langsung lebih baik daripada hanya mendengar omongan orang. Bicarakan baik-baik dan cari jalan tengahnya. Namun bila gag ada benang merah pun, hati kecil akan tersenyum dengan hati lapang menenangkanmu dan mengajakmu untuk diam. Semua akan indah pada waktunya bila kamu terus berserah pada-Nya. Ironisnya, suara hati kecil ini sering terabaikan karena memang sangat susah menurutinya saat hati panas terbakar emosi. Padahal bila kamu mematuhinya, alangkah damainya duniamu.
Sekarang tinggal kamu sebagai seorang pemimpin, mau memilih mendengar yang mana sesuai bijakmu aja.
Mungkin semua ini gag sesungguhnya terjadi. Istilah-istilah yang terpakai disini juga gag sepenuhnya ada. Saya hanya mencoba mengambil falsafah yang bisa merefleksikan dengan realita yang ada aja. Semoga berkenan di hati kamu yang baca.
�Pemimpin yang bijak idealnya mampu mengambil keputusan yang mampu menyentuh semua kepentingan rakyatnya. Namun realitanya gag bisa seperti itu. Hanya mampu 80 persen saja. Sehingga sekarang diperlukan kebijaksanaan rakyatnya untuk menerima semua itu.�
0 komentar:
Posting Komentar